Kesenian jathilan di Dusun Kenayan diwariskan secara turun temurun dan sudah ada sejak tahun 1984.
Terdapat macam-macam jathilan di Dusun Kenayan, antara lain reog, gendrungan, jathilan kreasi, gedruk kecil, gedruk besar, dan tari padat karya. Di jathilan kreasi, lagu yang dipakai adalah campursari sama dangdut dan propertinya berupa jaran kepang. Di Gedruk kecil, lagu yang dipakai adalah campursari dan dangdut. Terdapat pula kemunculan buto atau raksasa di sini, yang diambil dari narasi yang lebih besar. Di gedruk besar, sama seperti gedruk kecil, lagunya adalah campursari dan dangdut. Sementara itu, tari padat karya menyimbolkan kegiatan bercocok tani dan pembangunan desa, sehingga gerakannya mewakili gerakan menanam padi, menggergaji kayu, menggunakan ani-ani, dan lain-lain.
Musik yang dipakai untuk mengiringi jathilan adalah gamelan, organ, dan drum. Partisipan kesenian jathilan sendiri adalah pemuda dan pemudi Dusun Kenayan. Jumlah lengkap semua personel ada 84. Untuk jathilan kreasi, dibutuhkan 8 penari laki-laki dan 10 penari perempuan. Setiap tampil, maksimal orangnya ada 24 orang.
Jathilan biasa ditanggap atau diundang untuk tampil ketika ada acara unduh mantu, pernikahan, resepsi, maupun khitanan. Pernah pula ditanggap untuk acara pasaran bayi, merti desa, dan khataman Quran.
Lamanya durasi tampil menyesuaikan dengan waktu dan pemain yang sudah ada. Sedangkan waktu tampil biasa dari jam 2 siang hingga 6 sore, kemudian dilanjutkan lagi dari sekitar jam 8 malam hingga tengah malam atau bahkan dini hari. Di jathilan Kenayan, semakin lama seorang pemain berlatih, maka semakin banyak pula kesempatannya menarikan jenis-jenis tarian di jathilan. Hal itu karena dia mengerti peran-peran yang harus dibawakan.
English ver.
The art of jathilan in Dusun Kenayan was passed down from generation to generation. It has existed since the year of 1984.
There are various dance forms of jathilan in Dusun Kenayan; such as reog, gendrungan, jathilan kreasi, gedruk kecil, gedruk besar, and tari padat karya. In jathilan kreasi, the songs are the product of combination from campursari and dangdut songs. The properties used are horse-shaped cane works. In gedruk kecil, the songs are combination of camopursari and dangdut songs. There are also presences of buto or big, scary giants in this variation, which are taken from larger narratives. In gedruk besar, just like in gedruk kecil, the songs are also that of campursari and dangdut songs. Meanwhile, tari padat karya symbolizes the activity of growing and harvesting crops as well as developing a village, hence the dance moves represent the moves of planting rice, sawing wood, and many more. The music which is used in jathilan is gamelan, organ, and drum. The participants of the art of jathilan in Dusun Kenayan are the young people of Dusun Kenayan, males and females. The complete number of personnels are 84 people. For jathilan kreasi, 8 male dancers and 10 female dancers are needed. For every performance, the maximum of 24 people can dance.
Jathilan performs usually when there is someone who invites the group. That can be on the occasion of unduh mantu, wedding, the reception of a wedding, or khitanan. Jathilan Turonggo Mudo also has ever been invited to perform in the occasion of pasaran bayi, merti desa, and khataman Quran.
The duration of a performance depends on the allowed time and the number of available dancers. Jathilan usually performs from 2 in the noon until 6, and then it will be continued from around 8 PM till midnight or even dawn. In jathilan Kenayan, the longer someone practices, the larger is his chance to play various dances in jathilan. That is because he understands many roles in jathilan.